
Ward Alshammary (5) semasa hidupnya. Bocah ini meninggal akibat kesalahan diagnosa oleh petugas medis yang merawatnya
Sebuah percakapan mengharukan terjadi antara seorang ayah dan anaknya yang masih berusia lima tahun. Di saat-saat terakhirnya sebelum menutup mata selamanya, bocah bernama Ward Alshammary mengucapkan sebaris kalimat yang tak akan dilupakan oleh ayahnya.
"Ayah, kenapa kamu menangis?" itulah kata terakhir yang diucapkan bocah malang yang menderita serangan jantung akibat dokter salah mendiagnosa penyakitnya.
Lebih mengharukan lagi, Ward mengucapkan kalimat terakhirnya itu sambil mencium ayahnya yang ia sayangi.
Bgaimana kisahnya? Ward sejak lama menderita sakit pada bagian tenggorokan dan paru-paru. Petugas medis awalnya dikirim ke rumahnya untuk memberikan pertolongan. Saat itu, kondisinya sedikit lebih baik. Namun, dua hari kemudian kondisi Ward kembali memburuk sehingga ia pun harus dilarikan ke rumah sakit.
Di rumah sakit, dokter menjelaskan bahwa Ward menderita Pneumonia bronkial atau semacam radang paru-paru. Ditandai dengan adanya ruam merah, sakit tenggorokan dan sakit di bagian paru-paru. Saat itu, dokter tidak menyadari bahwa infeksi utamanya sebenarnya berasal dari infeksi yang terjadi di antara paru-paru dan dinding dada.
Dokter bergerak cepat dengan memindahkannya ke ruangan perawatan intensif pediatrik. Kemudian mereka juga memberikan obat untuk mengatasi infeksi bakteri. Namun nahas, Ward justru mengalami serangan jantung. Ia meninggal pada tanggal 22 Januari 2013. Meski sudah cukup lama, namun penyelidikan terhadap kasus ini terus berlanjut. Terakhir, baru-baru ini pengadilan koroner Winchester kembali menggelar sidang dengan agenda mendengarkan keterangan para saksi.
Beberapa saat sebelum kematiannya, Ward memberikan ayahnya, Badr Alshammary sebuah ciuman sambil berbisik. "Ayah, kenapa kamu menangis?" ucapnya bocah lucu ini.
"Kami sangat dekat dengan putri kami meskipun dia baru berusia lima tahun," ucapnya sebagaimana dikutip tribunjogja.com dari mirror.co.uk, Senin (01/12/2014)
Ia menambahkan bahwa anaknya itu sangat mencintai saudara-saudara dan semua temannya di sekolah. Ia juga mengatakan bahwa kelak Ward ingin menjadi seorang dokter. Ward bahkan sempat mengatakan kepada para dokter di rumah sakit tempatnya dirawat bahwa dirinya ingin menjadi dokter sebagaimana yang mereka kerjakan.
Badr menjelaskan bahwa awalnya keluarga yakin Ward dalam kondisi baik setelah kunjungan pertamanya ke rumah sakit. Bahkan ketika mereka kembali ke rumah sakit satu hari sebelum Ward meninggal.
"Kami sadar bahwa hal ini tidak akan membawa kembali anak kami yang telah meninggal. Tapi kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana kejadian rincinya. Harapannya hal ini tidak terjadi lagi di masa mendatang," Jelas Badr.
Di pengadilan dijelaskan bagaimana ketika pertama kalinya anak itu diperiksa dan diberi obat anti histamin sebelum akhirnya diperbolehkan pulang. Petugas medis di Rumah Sakit Southampton yang berada di Hampshire juga tidak melarang jika Ward bergaul dengan teman-temannya di sekolah. Sementara seorang konsultan pediatrik senior Dr Peter Wilson menganalisa, Ward meninggal akibat serangan jantung yang disebabkan oleh banjir racun yang masuk ke sistem tubuhnya.
Sementara penyeledikan internal yang dilakukan pihak rumah sakit menunjukan bahwa ada kelalaian dari pihak dokter. Dikatakan bahwa dokter yang menangani Ward tak memperhitungkan bagaimana kondisi pasiennya ketika memberikan obat-obatan kepadanya.
Setelah kejadian itu, para petugas medis di wilayah itu langsung menggelar rapat dan upaya preventif supaya hal ini tidak sampai terulang lagi. Mereka kembali diingatkan tentang bagaimana menangani pasien anak dengan keluhan serupa.
"Mungkin ceritanya akan berbeda jika ia cepat dipindahkan ke ruang perawatan intensif khusus untuk anak dan dia ditangani lebih cepat. Tapi saya tidak tahu itu, dan mungkin kita tidak akan pernah tahu," tandas seorang ahli koroner senior di Rumah Sakit Pusat Hampshire, Grahame Short. (*)












0 comments:
Post a Comment